Singapura Larang Penayangan Film Palestina SINGAPURA, Kamis (4/1), melarang sebuah film dokumenter yang menampilkan seorang remaja Palestina yang dituduh melakukan penyerangan terhadap pasukan keamanan Israel ditayangkan di sebuah festival di negara tersebut. 5 January 2018, 02:31 WIB

General

Ilustrasi

SINGAPURA, Kamis (4/1), melarang sebuah film dokumenter yang menampilkan seorang remaja Palestina yang dituduh melakukan penyerangan terhadap pasukan keamanan Israel ditayangkan di sebuah festival di negara tersebut. Singapura menyebut karya tersebut berpotensi menimbulkan nuansa kebencian. Regulator media ‘Negeri Singa’ itu mengatakan film berjudul Radiance of Resistance itu mengandung ‘narasi condong’ dan dapat menyebabkan perpecahan di antara populasi etnik negara itu yang beragam. Sebagian besar dari 5,6 juta penduduk Singapura ialah etnik Tionghoa, tetapi negara itu juga merupakan rumah bagi minoritas muslim Melayu dan India yang besar serta banyak ekspatriat.

Film itu rencananya ditayangkan pada Kamis (4/1) di Singapore Palestinian Film Festival, yang menampilkan karya para pembuat film Palestina, dan telah berlangsung sejak 2016. Karya yang dilarang itu bercerita tentang kehidupan dua gadis muda yang dipresentasikan sebagai wajah baru perlawanan Palestina terhadap Israel. Salah seorang gadis, Ahed Tamimi, 16, dipuji sebagai pahlawan oleh orang-orang Palestina yang melihatnya dengan gagah berani menghadapi pendudukan Israel.

Tamimi didakwa di sebuah pengadilan militer Israel pada Senin (1/1) dengan sejumlah pelanggaran, termasuk penyerangan, setelah sebuah video yang menampilkan ia menendang dan menampar dua tentara Israel di Tepi Barat menjadi viral. “Dalam mengangkat gadis-gadis itu sebagai panutan untuk ditiru dalam konflik yang sedang berlangsung, film tersebut mendorong para aktivis untuk melanjutkan perlawanan mereka terhadap yang dituduh penindas,” kata Infocomm Media Development Authority. “Narasi film yang menyimpang ialah inflamasi dan berpotensi menimbulkan ketidakharmonis­an di antara berbagai ras dan agama di Singapura.” Penyelenggara festival film, Adela Foo, mengatakan dia menghormati keputusan tersebut dan tidak akan mengajukan banding. (AFP/Hym/I-2)